Total Tayangan Halaman

Selasa, 31 Mei 2016

Menulislah dan sampaikan apa yang ingin kamu sampaikan :)



“Jangan pernah percaya akan kemampuan menulismu, namun yakinlah dan rubah semua anggapan mereka di luar sana”

 Mala masih memikirkan kata-kata ayahnya beberapa hari yang lalu. Sosok yang selalu memberikannya nasihat,namun tidak pernah menjelaskan sesuatu dengan sejelas-jelasnya. Pengaduannya tentang teman-teman dan gurunya yang tidak mendukung akan hobi menulisnya hanya berbalas saran yang sangat padat, sehingga ia harus mencerna apa yang dikatakan ayahnya itu. Sama halnya seperti ia mengeluh tentang figur seorang ibu yang telah  kembali kepada pemilik-Nya, padahal ia sangat ingin tumbuh dengan papahan lembut sang ibu. 

“Kita ini hanya sementara di dunia,dan siapapun manusia pasti akan kembali kepada pemilik-Nya, karena sesungguhnya hidup ini tak ada yang abadi”ayah selalu berkata seperti itu untuk menampik kegelisahannya. Seringkali  ia terdiam karena tidak ingin berdebat dengan ayahnya, seseorang yang sudah membesarkannya hingga saat ini.


Mahasiswi tingat dua ini sangat berkeinginan untuk menjadi penulis, ia telah menyimpulkan sendiri bahwa ia harus bisa mengembangkan kemampuan menulisnya. Tak hanya sekedar mengucapakannya pada orang-orang bahwa ia sangat suka menulis, ia mengira bahwa hobinya itu yang paling terkeren sambil mencoret-coret dinding atau bangku kampus itu tak akan cukup, ia harus lebih beraksi nyata untuk sekarang dan kedepannya.


Tulisan-tulisan yang ia tulis di sebuah buku ia buka kembali. Terkadang ia tersenyum sambil membaca ulang dan merevisinya menjadi tulisan digital dengan sedikit penambahan ataupun pengurangan. Emosinya tercampur aduk saat ia membaca kesedihan, kebahagiaan, kecemasan dalam satu waktu, namun ia akui ia sangat bahagia.


Ketika ia sedang membaca,ia menemukan sebuah tulisan yang ia buat saat ayahnya sedang tidur,dan sebuah ide melesat di pikirannya untuk dapat membagikan tulisannya lewat status facebook yang sudah lama akun tersebut tak ia buka


“Ketika ayah sedang tidur,aku selalu memperhatikan apakah jantungnya masih berdetak dan ia masih bernafas,karena ketika ia tidur aku dapat melihat ketulusan dalam wajah ayah. Bagiku ia bagaikan malaikat yang selalu menjaga dan melindungiku,dia rela mencari nafkah dari pagi sampai malam untuk dapat membutuhi semua keperluanku,dia tak pernah mengeluh,padahal dalam setiap telapak tangannya yang kasar terdapat berjuta kelelahan yang ia sembunyikan dariku.Ketika aku meminta ayah selalu memberi,tapi aku belum bisa membuatnya bahagia,maafkan aku ayah.Semoga saja kelak aku dapat membuatmu bangga,dan dimasa rentanmu semoga aku dapat membuat kamu bahagia”


Statusnya tak begitu ramai,hanya beberapa orang yang menyukai statusnya,bahkan teman-temannya tak ada yang menyempatkan tanda like untuknya,bukan karena mereka pelit ataupun sombong tapi mereka kasihan dengan Mala yang begitu terobsesi untuk menjadi penulis.Beberapa temannya ada yang mengatakan bahwa ia terlalu ambisius di tengah identitasnya sebagai mahasiswa biasa.Mereka ingin Mala tak begitu menghabiskan waktu untuk menulis,membaca karya penulis dan membual menjadi penulis yang dikenal di seluruh dunia.Melihat Mala pokus pada kuliahnya saja sudah sangat menyenangkan,oleh karena itu mereka sepakat untuk tidak memberikan dukungan pada Mala,supaya ia tidak menghayal terlalu jauh.


“Pokus saja pada kuliah”ucap seorang temannya memberikannya nasihat.”

“Aku hanya ingin menjadi kenangan lewat tulisanku.Apa aku salah.?”

“Memang tak ada yang salah,tapi  bukan itu maksudku.Kamu masih mempunyai prioritas.Kamu kuliah dan akan menjadi seorang guru nantinya bukan untuk menjadi penulis Mala”

“Kamu benar,kuliah adalah proritas.Tapi aku cinta menulis,bukankah menggapai cita-cita yang sesuai dengan hobimu itu akan jauh lebih baik?’’

“Pendapatmu memang benar,tapi aku ingin cintamu disalurkan dengan hal-hal yang lebih prioritas,jangan biarkan usaha ayahmu untuk dapat menyekolahkanmu akan terbuang sia-sia,karena kamu teralu mengedepankan hobimu itu”


Perkataan temannya tadi mempengaruhi pikiran Mala,ia sempat ragu akan pendiriannya,terlebih lagi ketika tak ada seorangpun yang mengerti akan hobinya,bahkan dosennya menganggap bahwa setiap kata,puisi,ataupun cerpen yang ia buat hanyalah sia-sia belaka karena tidak ada pengaruhnya sama sekali.Dosennya mengatakan bahwa apa yang dilakukan Mala hanyalah obat jenuh belaka.Padahal sesungguhnya ia hanya mencoba untuk memahat apa yang ia baca,rasa,dengar dan bayangkan,sedangkan ia hanya mampu menuangkannya lewat tulisan yang sederhana.


Untuk beberapa saat Mala berubah menjadi sosok yang pendiam,bahkan  teman-temannya tak ada yang berani untuk memulai obrolan dengannya.Mala sendiri sulit untuk percaya,bahwa seharian ini ia tidak menulis.Alhasil postingan statusnya pun terhenti untuk sementara waktu.


Saat sore,dalam kejenuhan yang mendalam,ia membuka akun facebooknya.Tampak ada pesan yang masuk,dengan segera ia mengklik icon tersebut.


Shila Amandita.

“Kak mala apa kabar?saya sangat menantikan postingan kakak apalagi tentang ayah itu.Beruntung saya dapat membaca status-status kakak yang indah.Berkat kata-kata yang kakak buat, sekarang saya memaksimalkan hati untuk dapat memahami ayah saya yang selalu mementingkan pekerjaannya dari pada saya.Awalnya saya marah pada ayah karena dia tdak ada waktu untuk saya,padahal saya baru menyadarinya bahwa ayah sibuk bekerja supaya dapat membutuhi keperluan saya.Sekarang saya menyesal akan sikap saya tersebut.Terimakasih kak sudah mengingatkan saya,semoga kakak selalu sehat.Salam hangat dari saya,dan teruslah menginspirasi kak,semangat!”


Bening-bening hangat itu keluar,ia langsung menyandarkan kepalanya dalam dekapan hangat sang ayah..

“Karena menulismu dari hati yang sebenarnya,maka pesan itu akan mampu tersampaikan dengan mudah,Mal”

Ayah merespon derai air mata Mala yang membasahi bahu pria itu,tepat setelah ia menceritakan semuanya,ayahnya hanya mampu tersenyum.


Mala baru sadar bahwa akun facebooknya masih on,setelah melepaskan pelukan dari dekapan ayahnya ia kembali berhadapan dengan laptopnya,kemudian ia membalas pesan dari Shila Amandita,yang sudah membuat semangatnya kembali hadir dalam dirinya menglahkan keraguannya dengan kepercayaan.

Ia memang bukan seorang motivator ataupun penulis tersohor,namun nyatanya tulisannya mampu mempengaruhi seseorang,mereka melihat bukan dari nama akunnya namun dari tulisan yang ia buat.Termasuk seseorang yang sudah membaca tulisannya.Sebelum ia sign out dari akunnya ia menulis status :


“Menulislah dengan hati yang sebenarnya,karena pesan itu akan mudah tersampaikan”.

Setelah postingan statusnya mencul di berandanya,dia keluar.Padahal setelah itu,banyak jempol kecil yang menghampirinya termasuk jempolnya akun dari seorang penulis terkenal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Perihal Cinta dalam Diam🥀

Padahal tak saling sapa, mengapa rasa tetap sama? Keadaan gemar membuat berpapasan. Didekatnya, ternyata kerap mendebarkan. Perasaan, mengap...

Postingan Populer